Deputi Pemberantasan BNN, Brigjen Pol Benny Joshua Mamoto, delapan warga Tegal tersebut ditangkap aparat kepolisian beberapa bulan lalu. Enam orang berhasil dibebaskan otoritas setempat karena tidak terbukti dalam praktik penyelundupan barang haram tersebut.
"Yang mengetahui dan terlibat adalah kapten kapal dan juru mesin yang juga warga Indonesia," kata Benny, dalam perbincangan di Hermes Palace, Banda Aceh, Kamis (19/7/2012).
Dalam merekrut kru kapal, para keluarga awak yang berhasil direkrut kemudian didata dan difoto. "Seolah-olah mereka ditakut-takuti dengan menyimpan data keluarga mereka yang direkrut," terang Benny.
Dalam kasus ini, Benny menerangkan, keenam warga tersebut direkrut oleh seorang warga Bulgaria berinisial G. Dalam perekrutan tersebut, warga asing itu berjanji akan mempekerjakan mereka sebagai pelaut dengan gaji dua kali lipat dari pelaut biasanya, yaitu US $ 1.000 per bulan.
Mereka lalu dipekerjakan di sebuah kapal laut dengan kapten kapal dan juru mesin yang juga orang Indonesia. Melalui informasi penangkapan itu, BNN meminta akses untuk dapat mewawancarai para warga yang ditangkap itu.
"Dari hasil wawancara itu kita mendapatkan identitas warga negara Bulgaria yang merekrut mereka, dan dia sudah ditangkap oleh otoritas di sana," kata Benny.
Dari hasil penyelidikan tersebut, BNN mengembangkannya untuk mengetahui apakah ada jejak yang dilakukan para bandar narkotka dari Eropa Tenggara itu, seperti jaringan atau praktik pencucian uang yang dilakukan di Indonesia.
Diketahui, bos yang mempekerjakan mereka adalah kartel narkoba kelas kakap. Delapan warga Tegal tersebut sebelumnya berhasil meloloskan kokain sebanyak 10 ton ke Italia dan teranyar sebanyak 1,8 ton ke Portugal.
Benny menambahkan, keterlibatan enam warga Tegal tersebut dikarenakan ketidaktahuan dan tingkat pendidikan yang mereka enyam. Ditambah lagi lapangan pekerjaan yang tidak mumpuni sehingga dengan mudahya mereka diiming-imingi pekerjaan yang tidak mereka ketahui sebenarnya.
Kerjasama penyelidikan juga dilakukan di negara-negara asal narkotika, antara lain seperti Meksiko, Peru, dan Equador, dan Argentina dimana dari negara-negara tersebut banyak ditangkap warga Indonesia yang terlibat sebagai kurir narkotika.
"Kita meminta akses wawancara, karena selama Indonesia menjadi pasar heroin-kokain, selama itu pula kerjasama dilakukan untuk menangkal jaringan narkotika di Indonesia," jelas Benny.
Dia menambahkan, penyelidikan dengan negara-negara asal yang disnyalir sebagai hulu dari peredaran narkotika tersebut dilakukan guna melindungi masyarakat Indonesia yang diperalat bandar untuk menjadi kurir narkotika.
"Kita juga ingin melindungi masyarakat kita yang diperalat modus penyelundupan narkotika. Kita tidak ingin bersikap seperti penjaga gawang, menunggu narkotika masuk ke Indonesia baru ditangani," tegas perwira tinggi Polri yang mengawali karirnya di satuan Narkotika Polres Jakarta Pusat.
0 komentar:
Posting Komentar